2019 (bukan kesimpulan)

Belakangan aku menyadari bahwa aku sedang menyerah terhadap niat menulis. Menjadi lebih tua rasanya membuatku makin tambah membosankan. Bahkan bagi diriku sendiri. Iya ya, sudah seperempat abad usiaku. Masih, mungkin itu kata yang lebih tepat(?). Iya ya, mengapa intensitas menulis menurun drastis? Bahkan jurnal pribadi terlupakan. Dipikirkan terus pun hanya alasan-alasan yang bermunculan. Kesibukan, tidak punya waktu luang, capek, tidak ada ide, dlsbnya. Ya sudahlah. Memang begitulah hidup. Tidak hanya soal menulis melulu.

Mungkin sebenarnya yang ingin kubicarakan bukanlah soal menulis semata. Akan tetapi, aku mulai menyadarinya, bahwa banyak kekhawatiran yang muncul seiring tahun bertambah, yang perlahan-lahan menarik dan menenggelamkan diri ini di dalamnya. Dan dalam prosesnya, aku mulai kehilangan tujuan itu. Sedikit menyedihkan memang, namun belumlah terlambat.

Malam ini, aku membuka kembali folder-folder lama. Ada sebuah draft yang belum sempat terselesaikan. Tentang masa lalu, namun mungkin berguna juga untuk masa sekarang, terutama untuk diri sendiri.

“You don’t have a purpose.”
“But I’m happy with my life.”
“So, you are happy. But is that fulfilling? I guess not.”
“In your mind, being happy and living a fulfilling life are two different matters, right?”
Yeah...”
“Silvya, please don’t get serious all the time.”
“I have to. This is my life anyway. If I don’t take it seriously, then who will?”
“Your sense of belonging will lead you astray, you know?”
“Like you really care about it… since you feel that you are better than I.”
“I don’t feel better than you. And I do really care about you…”
“Or maybe it’s just me. Maybe, I just don’t want to fall in love with someone with no purpose in life.”
“I have it. I have money. I have power. What else do you want?”
“I said purpose. Those things you mention earlier are completely… bogus.”

Jadi apa? Mengapa sepertinya hidupku nggak beres-beres juga? Well, kemungkinan besar karena aku cuma sibuk berpikir, tanpa benar-benar bertindak membereskan segala sesuatu. Atau bisa jadi juga karena keputusan-keputusanku belakangan tidak didasarkan pada perencanaan yang matang.

Jadi? Mengapa memikirkan semua ini lagi, bahkan sampai menyempatkan diri untuk menulis sebuah blogpost? Ya gimana, aku sedang tidak ingin menyalahkan kondisi di luar diri sendiri, tidak juga mau melimpahkan kesalahan dan kekesalan kepada orang-orang lain. Segala sesuatu terjadi, ya sudah ayo dijalani, as long as I know what I stand for. Oleh karena itulah, kurasa aku perlu menata pemikiranku, mengisinya kembali dengan apa yang kusebut sebagai purpose.

Yeah, 2019 tidak begitu menyenangkan.

2020, we’ll see.

P.S. Contrary to my own writing, I think I’m living a make-believe life. Well, just enjoy. And keep myself alive.