2022 – 2023

Lama tidak menulis lagi di sini. Bahkan baru saya sadari ternyata tahun 2022 tidak ada tulisan penutupnya. Yah, kemarin-kemarin memang tidak ada ide maupun cadangan draf sama sekali sih, juga tidak ada waktu khusus untuk memikirkan hal remeh-temeh seperti apa yang akan ditulis sebenarnya. Makanya dalam kesempatan kali ini, saya kira saya sanggup menyelesaikan sepotong tulisan random tentang hal-hal belakangan ini yang masih terselip dalam memori sampai akhir tahun 2023 ini.

.

April Fools’
Atmosfer April Mop tahun ini terasa berani dan jujur, seolah-olah tanggal tersebut dipilih secara sengaja. Pada momen itu, saya mendapatkan seorang teman. Teman baik yang begitu lugas memberi nasihat agar tidak menurunkan standar partner romansa saya nantinya. Katanya seperti ini, “Jika dia (siapapun itu) tidak menunjukkannya dengan gamblang, maka dia tidak layak. Jadi cowok kok begitu.” Mungkin terdengar kocak, namun saya cukup sepakat dengannya.

Pengalaman saya mengatakan demikian, bahwa tidak ada lelaki yang sanggup menahan diri untuk menghubungi ataupun menemui gadis yang ia dambakan. Mereka (para pria itu) pasti akan melakukannya segera ketika sudah menyukai seorang gadis. Singkatnya, jika ia tidak suka, maka tidak akan ada kabar darinya. Sudah, itu saja. Tidak ada alasan yang berbelit-belit sebenarnya.

Momen ketika menuliskan hal ini, saya teringat penggalan lirik, “Wise men say, only fools rush in~♫” sambil memikirkan bahwa fools yang dimaksudkan tentu saja merujuk pada orang yang bersikap gegabah atau tergesa-gesa dalam hal cinta. Pada sisi lain, terlepas dari lagu Elvis Presley tersebut, fools juga mungkin adalah mereka yang terlalu lama menunggu cinta yang sebenarnya tidak ada.

False Beliefs & Falling in Love Like in Movies
Untuk bagian ini saya ingin banyak membahas film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film, dan terkhususnya pada tokoh utamanya, Bagus dan Hana. Film ini penuh dialog dan mengingatkan saya pada trilogi Before dari Richard Linklater. Pada satu sisi, saya tidak bisa memuji film ini seutuhnya, karena sampai akhir saya masih bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya memiliki false belief tentang cinta?

Bagus, misalnya. Apakah dengan memaksa maka cinta akan menjadi nyata? Egois sekali tentunya. Dua orang teman saya terus tertawa melihat reaksi saya yang geregetan terhadap karakter Bagus sepanjang menonton di bioskop. Bagi saya, manusia itu tidak move on maupun move with it selekas itu ketika ia punya akar yang kuat dengan hubungan terdahulunya. Kecuali memang rasa cintanya dangkal, itu lain perihal. Perkembangan seperti apa yang akan menghilangkan keegoisan yang sudah terkarakterisasi semacam itu, saya tidak menemukannya, sebab itu saya tidak bisa simpatik sampai akhir film. Karena yang saya amati yang sulit move on bukanlah Hana, tetapi Bagus. Like, come on, cinta sejak masa sekolah dan berjumpa lagi, sudah jelas Bagus-lah yang tidak mudah berubah. Bahkan pada akhir ketika Bagus meminta bagian kecil dari Hana pun, saya masih melihat itu bentuk keegoisan dan idealisme yang ia miliki tentang cinta.

Hana pun demikian. Apakah keyakinannya untuk tidak akan jatuh cinta lagi akan benar-benar terwujud, atau memang itu ungkapan duka atas beratnya kehilangan yang baru saja dialami. Memang bisa untuk berdamai dengan rasa kehilangan tanpa harus bergantung pada orang lain, karena kehadiran orang lain tepat pada momen kehilangan itu masih dirasakan, bukankah menjadikan sosok baru tersebut sekadar pelarian? Pada sisi lain, selama masih hidup, Hana juga masih bisa merasakan jatuh cinta, itu bukan sebuah ketidakmungkinan.

Beberapa waktu lalu juga ada perdebatan di aplikasi X, bahwa memulai hubungan baru ketika sudah dewasa bisa menjadi momen yang menakutkan. Rasa takut muncul karena khawatir bahwa pasangan baru yang kita temui mungkin sudah mengalami fase jatuh cinta yang paling intens sebelumnya, dan bersama kita, mereka hanya melanjutkan hidup, sementara hati mereka masih terikat pada kenangan dengan orang yang pernah ada sebelumnya. Pernyataan tersebut mencerminkan kekhawatiran yang dapat muncul dalam pikiran seseorang saat mempertimbangkan untuk memulai hubungan baru di usia dewasa. Namun, setiap individu dan setiap hubungan memiliki dinamika dan perjalanan yang unik. Meskipun memang ada kasus di mana seseorang masih terhubung dengan kenangan masa lalu, itu tidak dapat dianggap sebagai kebenaran umum. Lalu bagaimana jika kita tersandung dan jatuh cinta terhadap orang tersebut? Apakah kita bisa menjamin kita akan dicintai kembali? Tidak ada jaminan seperti itu, yang jelas saya tidak mau merasa diri rendah ketika tidak dicintai kembali.

Luck in Love
Tahun lalu mantan teman sekamar saya dulu ketika di asrama menikah. Sekalipun saya adalah mak comblang mereka, namun sayangnya saya tidak bisa menghadiri acara pernikahan mereka yang dilaksanakan di dua wilayah berbeda yang saling berjauhan. Jelasnya saya masih sempat menyelenggarakan zoom meeting untuk mendoakan mereka. Setelah menikah pun, saya masih sempat berkomunikasi lewat video call.

Satu hal yang sering menjadi unek-unek teman saya adalah ketika teman-teman lain selalu mengatakan bahwa dia “beruntung” mendapatkan suami yang baik, perhatian, suka menolong, bahkan juga ringan tangan dalam membantu pekerjaan rumah tangga. Saking kesalnya terlontar cibiran apakah suaminya tidak beruntung mendapatkan dia, sehingga yang selalu ditekankan hanya kebaikan satu pihak saja. Saya hanya bisa tersenyum lebar sambil ikut berempati terhadap teman saya itu. Betul, kok. Kesalahpahaman seperti itu terjadi karena keberuntungan hanya ditekankan pada satu sisi. Padahal keduanya sama beruntung, jika tidak seperti itu, untuk apa hubungan mereka sebenarnya ada.

Changes in Life
Apakah manusia bisa berubah? Ataukah keadaan yang berganti hanya menunjukkan identitas aslinya semata? Mungkin juga perubahan adalah suatu proses di mana kita mengupas lapisan-lapisan palsu untuk mencapai inti sejati diri kita. Tetapi, apakah perubahan ini bersifat permanen atau hanya sebagai respons terhadap situasi tertentu? Saya sendiri terkadang memikirkan di mana saya berada sembilan atau sepuluh tahun yang lalu dan membandingkannya dengan siapa saya sekarang. Ada hal-hal yang saya lebih sukai dari diri saya yang dulu, ada pula hal-hal yang sebaiknya terjadi dan membawa saya pada momen sekarang. Jelasnya, hal-hal sudah pasti berubah dan terus akan berubah, dan saya ingin terus berusaha nyaman dengan diri sendiri dan apa-apa yang menjadi keputusan saya hari demi hari.

Entah mengapa pula orang-orang di sekitar saya sering mendengungkan kalimat mutiara seperti “Life begins at the end of your comfort zone.” Apa iya kita menginginkan hidup yang tidak nyaman dan selalu dipenuhi kesulitan? Saya rasa manusia hanya berlari dari satu zona nyaman ke zona nyaman lainnya, dan kalau bisa, ya naik level kenyamanan. Makanya ironis sekali ketika manusia disarankan untuk keluar dari zona nyaman kehidupan. Di samping itu, mengakui bahwa tidak semua orang memiliki jalur hidup yang mulus juga perlu. Bagi sekian orang, ketidaknyamanan dan kesulitan tidak selalu dipilih, tetapi seringkali merupakan bagian tak terelakkan dari kehidupan. Saya sendiri terus belajar untuk menjalani hidup pada saat ini meskipun apa yang saya inginkan tidak ada di saat ini, tetapi saya sadar bahwa saya tetap perlu menghargai apa yang ada untuk saya saat ini. Saya juga meyakini bahwa kalau hidup adalah perjalanan, maka ketika kita salah jalan, kita bisa memutar kembali dan menemukan jalan yang benar.

.

Banyaknya tulisan tentang romansa mungkin disebabkan oleh harapan orang-orang di sekitar yang menginginkan kisah cinta yang luar biasa terjadi dalam hidup saya. Namun saya senang-senang saja bisa punya waktu untuk merenungkan berbagai aspek kehidupan dalam potongan-potongan kenangan dan pemikiran acak ini. Sebagai manusia, saya merasa perlu terus belajar dari pengalaman, memahami kompleksitas cinta, merangkul takdir hidup, dan bertahan di tengah ketidakpastian. Terlepas dari ironi dan paradoks kehidupan, saya ingin terus memiliki sikap terbuka terhadap hal-hal yang terjadi, apapun itu, juga terus memiliki rasa syukur terhadap momen-momen berharga. Untuk itu, secara pribadi, saya melangkah maju dengan keyakinan bahwa setiap langkah yang saya ambil, baik kecil maupun besar, membawa saya menuju perjalanan yang lebih berarti di masa depan.

2 thoughts on “2022 – 2023

  1. duh maaf lama ga berkunjung ke sini, sampai tak tau kalo ada apdetan.

    dan rencana mau nengok mahasiswi solo ini blm jg kesampaian, jgn2 sdh lulus pula ya hehe

Leave a comment