Sekadar Cerita

Uhm, sebenarnya tidak ada ide yang menarik untuk dituliskan. Writer’s block, barangkali? Tapi ada dorongan kuat untuk menulis. Mengapa bisa begitu? Entah juga. Setelah mulai lebih rutin WFO, kurasa aku kehilangan waktu-waktu untuk berkreasi; dengan kata-kata, dengan cat warna, dengan peralatan dapur, maupun hal lainnya. Kata beberapa orang, aku sering terlihat lelah. Bahkan ada komentar bahwa belakangan sepertinya aku lebih banyak mengeluh ketimbang biasanya. Hmm, seperti itu kah?

Yaa, padahal waktu istirahatku selama hari-hari kerja benar-benar terpakai untuk tidur, hampir tidak ada obrolan selain pekerjaan dan selain sedikit hal-hal untuk diurus di rumah sepanjang bulan ini. Jam 9 malam umumnya aku sudah terlelap, sedangkan Jumat-Sabtu merupakan hari untuk sedikit melarikan diri dengan menikmati beberapa drama Korea terbaru. Belakangan aku sedang gandrung akan Yumi’s Cells setiap akhir pekan. Mungkin aku yang memang membiasakan diri penasaran dengan live action yang diadaptasi dari manga/manhwa/webtoon. Bukan hal yang buruk juga, anggap saja 1-2 episode yang ada sebagai hadiah kecil setelah sekian hari penat bekerja.

Dan kalau dipikir-pikir, aku ini mungkin mendapatkan privilese yang luar biasa sekali dari segi dukungan orang-orang di sekitar. Aku tidak benar-benar jelas sebenarnya. Kenapa ada rasa percaya yang besar sekali dari orang-orang ini? Padahal sejujurnya aku punya banyak hal untuk dikomplain dari diri sendiri. Aku rasa banyak hal yang aku pikirkan, namun tidak berguna. Banyak hal aku kerjakan, mungkin menolong sebagian orang, tapi bukan sesuatu yang kurasa mendatangkan manfaat besar. Banyak hal aku putuskan, lalu aku sendiri yang khawatir. Bingung juga menyampaikan bagaimana, atau kepada siapa. Bukan hal yang penting amat juga sebenarnya. Namun begitulah perasaan payah itu menumpuk.

Selain macam-macam hal yang meletihkan itu, biasanya aku hanya lebih intens mengobrol dengan mama. Tentu saja aku tidak akan menyampaikan macam-macam hal yang hanya akan mendatangkan kegelisahan bagi beliau. All is well, Mom.

Beliau sendiri lebih banyak bercanda belakangan. Saat aku mendorong kursi rodanya, ia bilang aku harus segera beli mobil untuk diri sendiri, yang tentu saja itu lucu, karena naik sepeda pun aku tidak bisa. Ketika sesekali aku memasakkan misoa kuah kesukaan beliau saat Sabtu atau Minggu pagi, beliau pasti memuji terus-menerus. Padahal itu hanya masakan sederhana. Katanya pula, keterampilan memasak dari nenek yang tidak pernah kutemui menurun langsung padaku. Dan juga tadi, saat lagu baru Dish// muncul, potongan klip saat sang ibu menyuapkan jeruk membuat aku sedikit merasa deja vu. Pekan lalu mama juga melakukan hal yang serupa; menyuapkan jeruk langsung ke mulutku. Aku tidak suka, terlalu masam rasanya.

Melihat orang tua mulai menua dan mereka sendiri juga menyadari kelemahan-kelemahan yang mulai mereka alami memang sedikit mengiris hati sebenarnya. Namun memang seperti itulah hidup, bukan? Aku sendiri merasa bahwa mereka sebagai orang tua juga berusaha menerima keadaannya pula. Tidak mudah. Tidak ada yang bilang mudah.